Ketika Pemuda Desa Mulai Memimpin: Inovasi Paseyan Menuju Desa Mandiri

- Redaksi

Minggu, 5 Oktober 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Moch Thoriqil Akmal B

Faktadata.id, Opini – Sebuah desa bernama Paseyan, terletak di Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang. Bagi sebagian orang luar, nama Paseyan mungkin terdengar biasa saja seperti nama-nama desa lain yang tersebar di nusantara. Namun bagi kami yang tumbuh dan hidup di sana, Paseyan bukan sekadar titik di peta. Ia adalah napas kehidupan, akar identitas, sekaligus cermin kecil yang memantulkan wajah Indonesia sesungguhnya: sederhana, tangguh, dan penuh harapan.

Desa yang Mendidik Kesabaran dan Keteguhan

Paseyan tidak lahir dari gemerlap modernitas. Ia tumbuh dari tanah kering yang menuntut kerja keras dan doa yang panjang. Musim kemarau bisa membuat retakan di tanah seperti guratan luka, tetapi juga menumbuhkan keteguhan di dada warganya. Di sini, kerja keras bukan pilihan, melainkan keharusan.

Warga Paseyan terbiasa bangun sebelum matahari terbit, entah untuk ke sawah, atau sekadar mengurus ternak. Bagi mereka, kerja adalah bagian dari ibadah. Nilai ini diwariskan turun-temurun dan menjadi pondasi moral desa. Tidak banyak yang tahu, bahwa dari desa kecil seperti Paseyan, lahir banyak anak muda yang kini berkontribusi di berbagai bidang: pendidikan, pemerintahan, dan bahkan bisnis.

Dari tanah yang sering dianggap tandus itulah, tumbuh benih-benih ketangguhan yang sesungguhnya menjadi modal utama bangsa ini.

Ketika Desa Tidak Lagi Menunggu, Tapi Bergerak

Dulu, desa sering diidentikkan dengan keterbelakangan. “Orang kota berpikir, desa itu tertinggal,” kata seorang tokoh masyarakat Paseyan saat berdiskusi santai. “Padahal, desa bukan tertinggal. Desa hanya sedang menyiapkan langkah panjang untuk berdiri di atas kaki sendiri.”

Ucapan itu terasa benar. Kini, Paseyan mulai berbenah. Pemerintah desa berusaha memperbaiki pelayanan publik agar lebih cepat dan transparan. Sistem administrasi mulai ditata dengan digitalisasi sederhana; masyarakat bisa mengurus surat-surat tanpa harus menunggu lama.

Langkah kecil itu menunjukkan perubahan besar dalam pola pikir: dari desa yang pasif menjadi desa yang proaktif. Dari masyarakat yang menunggu bantuan, menjadi masyarakat yang belajar menciptakan peluang.

Inilah wajah baru Paseyan: desa yang belajar berjalan dengan kepalanya tegak, tanpa meninggalkan akar budayanya.

Meskipun zaman berubah, gotong royong tetap menjadi jantung kehidupan masyarakat Paseyan. Tidak ada proyek pembangunan yang bisa berjalan tanpa kebersamaan. Ketika ada pembangunan jalan, warga turun tangan membawa cangkul dan semen. Saat ada hajatan, semua ikut membantu tanpa pamrih.

Nilai gotong royong ini adalah warisan leluhur yang tak ternilai harganya. Di tengah arus individualisme yang semakin kuat di kota-kota besar, Paseyan mengajarkan bahwa kemajuan tanpa kebersamaan hanya akan melahirkan kesenjangan.

Gotong royong bukan sekadar tradisi, tapi filosofi hidup. Ia adalah cara masyarakat Paseyan menjaga keseimbangan antara pembangunan fisik dan pembangunan hati.

Potensi Ekonomi Lokal yang Menyala dari Akar

Paseyan tidak punya pabrik besar atau pusat industri. Namun desa ini punya potensi ekonomi yang tumbuh dari bawah: hasil pertanian, peternakan, dan kerajinan rakyat.

Banyak warga yang mulai mengembangkan usaha kecil, dari produksi makanan khas, olahan hasil bumi, hingga perdagangan online sederhana. Beberapa anak muda bahkan berani memanfaatkan media sosial untuk memasarkan produk desa, seperti madu, hasil ternak, atau tembakau kering.

Langkah-langkah itu mungkin terlihat kecil di mata ekonomi nasional, tapi bagi Paseyan, itu adalah lompatan besar. Karena ekonomi sejati bukan tentang besarnya angka, tapi tentang kemampuan untuk mandiri.

Dari Tanah Paseyan, Tumbuh Cinta Tanah Air

Cinta tanah air tidak selalu harus diwujudkan dengan bendera besar atau pidato panjang. Di Paseyan, cinta tanah air tumbuh dalam bentuk sederhana: menjaga sawah agar tetap subur, mendidik anak agar rajin belajar, dan merawat tetangga ketika sakit.

Desa mengajarkan nasionalisme dalam bentuk nyata, bukan retorika. Karena di desa, persaudaraan tidak mengenal batas ideologi, dan tolong-menolong tidak perlu ditunggu momen tertentu.

Paseyan adalah potret mini Indonesia: beragam karakter, tapi tetap satu dalam cita-cita. Dari Paseyan kita belajar bahwa pembangunan nasional tidak akan berarti jika desa dibiarkan berjalan sendiri. Negara harus hadir bukan hanya di jalan raya besar, tetapi juga di gang kecil yang dilalui anak-anak sekolah menuju masa depan.

Tantangan yang Masih Menghantui
Namun, tentu saja, tidak semua kisah Paseyan berisi cahaya. Masih ada banyak persoalan yang perlu diselesaikan: infrastruktur jalan yang rusak, jaringan internet yang lemah, dan pelayanan publik yang belum merata.

Desa seperti Paseyan tidak butuh belas kasihan; yang dibutuhkan adalah keadilan pembangunan. Agar desa bisa berlari, bukan hanya berjalan tertatih di belakang kota.

Pendidikan di Paseyan adalah salah satu tantangan terbesar. Banyak anak muda yang masih harus berjuang untuk melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi karena faktor ekonomi. Namun di sisi lain, semangat belajar mereka luar biasa.
Beberapa guru muda asal Paseyan kini kembali ke desanya setelah menempuh pendidikan tinggi.

Mereka menjadi penggerak literasi, mengajar anak-anak di sore hari, dan menanamkan impian baru: bahwa anak desa juga bisa menjadi pemimpin nasional.

Gerakan kecil seperti itu seharusnya mendapat dukungan nyata dari pemerintah maupun pihak swasta. Karena masa depan Indonesia tidak hanya dibangun di universitas besar di kota, tapi juga di ruang-ruang belajar sederhana di desa seperti Paseyan.

Apa arti “dari desa untuk Indonesia”?
Artinya, pembangunan nasional sejati harus dimulai dari desa. Jika setiap desa diberi ruang tumbuh sesuai potensinya, Indonesia akan menjadi bangsa yang kuat dari akar, bukan hanya dari batangnya.

Paseyan telah membuktikan bahwa semangat, gotong royong, dan kemandirian bisa menjadi energi besar untuk perubahan. Tidak perlu menunggu proyek besar atau investor asing. Cukup dengan kejujuran, kerja keras, dan rasa saling peduli, desa bisa menjadi motor pembangunan bangsa.

Paseyan mungkin kecil, tapi semangatnya besar. Dari gang-gang sempit dan ladang keringnya, lahir tekad untuk terus melangkah.

Dari Paseyan, kita belajar bahwa Indonesia bukan hanya tentang Jakarta, Surabaya, atau kota-kota besar lainnya. Indonesia juga adalah suara ibu-ibu yang menumbuk padi di pagi hari, anak-anak yang berangkat sekolah tanpa alas kaki, dan petani yang menatap langit sambil berharap hujan turun tepat waktu.

Dengan pengelolaan pemerintahan yang transparan, pelayanan cepat, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, desa ini bisa menjadi model “Desa Mandiri Digital” yang menggabungkan tradisi dengan inovasi.

Bayangkan jika seluruh proses administrasi bisa diakses secara daring, hasil pertanian dijual melalui platform digital, dan pendidikan difasilitasi dengan teknologi. Itu bukan hal mustahil. Semua bisa dimulai dari niat baik dan kepemimpinan desa yang berpihak pada rakyat.

Ketika desa kuat, maka Indonesia kokoh.
Ketika desa maju, maka bangsa akan bermartabat.

Kemerdekaan sejati bukan hanya bebas dari penjajahan, tetapi juga bebas dari kebodohan, kemiskinan, dan ketergantungan. Paseyan sedang menapaki jalan itu pelan tapi pasti.

Follow WhatsApp Channel faktadata.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Wujud Bismillah Melayani, Mulai 4 Oktober 2025 RSUD Sumenep Hadirkan Pelayanan Sub Spesialis Bedah Digestif
Kabar Baik, Pemkab Sumenep dan PT Elnusa Teken MoU Pemanfaatan Lahan untuk Air Strip Penerbangan Perintis di Kepulauan Masalembu
BPRS Bhakti Sumekar Perluas Jangkauan Layanan dengan Buka Kantor Cabang di Pasean Pamekasan
Bupati Sumenep Intruksikan Jajarannya Turun ke Lokasi Terdampak Gempa: Pantau Kondisi dan Beri Bantuan Awal
Luar Biasa, Bupati Cak Fauzi Berhasil Turunkan Angka Kemiskinan Sumenep
Jurnalis Indonesia dan Detikzone Hadir untuk Masyarakat, Salurkan Amanah Donasi Hamba Allah di 2 Desa di Sumenep
Klir, Bambang Budianto Buktikan Kebenaran hingga Bersumpah Al-Quran
Melalui Job Fair 2025, Pemkab Sumenep Komitmen Tekan Pengangguran Produktif

Berita Terkait

Minggu, 5 Oktober 2025 - 22:36 WIB

Ketika Pemuda Desa Mulai Memimpin: Inovasi Paseyan Menuju Desa Mandiri

Kamis, 2 Oktober 2025 - 14:38 WIB

Wujud Bismillah Melayani, Mulai 4 Oktober 2025 RSUD Sumenep Hadirkan Pelayanan Sub Spesialis Bedah Digestif

Kamis, 2 Oktober 2025 - 14:33 WIB

Kabar Baik, Pemkab Sumenep dan PT Elnusa Teken MoU Pemanfaatan Lahan untuk Air Strip Penerbangan Perintis di Kepulauan Masalembu

Rabu, 1 Oktober 2025 - 17:44 WIB

BPRS Bhakti Sumekar Perluas Jangkauan Layanan dengan Buka Kantor Cabang di Pasean Pamekasan

Rabu, 1 Oktober 2025 - 14:46 WIB

Bupati Sumenep Intruksikan Jajarannya Turun ke Lokasi Terdampak Gempa: Pantau Kondisi dan Beri Bantuan Awal

Berita Terbaru